Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
(Paddy
Soil Test Kit)
By : Massuanna. AS, SP
Pendahuluan
Pemupukan
berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk
memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropik basah dimana pada umumnya tingkat kesuburan tanahnya rendah karena tingkat pelapukan dan pencucian hara yang tinggi. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai adalah rendahnya kandungan hara di dalam tanah terutama hara makro N, P dan K. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu ditambahkan pupuk dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah (uji tanah). Penetapan dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N,P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam. Dengan diketahuinya status hara tanah, maka dapat dihitung jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai produksi optimal. Namun yang harus kita hindari adalah Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah sangat tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensifikasi menyebabkan kejenuhan P dan ketidakseimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia.
Perangkat
Uji Tanah Sawah (PUTS)
Perangkat
Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikatagorikan menjadi tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu : status rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T). PUTS ini merupakan penyederhanaan dari pekerjaan analisa tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian uji tanah. Satu Unit Perangkat Uji Tanah Sawah terdiri dari: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstraksi kadar N, P, K dan pH,
(2) bagan warna untuk penetapan
kadar pH, N, P, dan K, (3) Buku Petunjuk
Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah, (4) Bagan Warna Daun (BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah.
PUTS
ini dapat digunakan untuk analisa contoh tanah sebanyak ± 50 sampel. Jika dirawat dan ditutup rapat segera setelah dipergunakan maka masa kadaluarsa bahan kimia yang ada dalam PUTS ini berkisar 1 - 1,5 tahun dari pertama kali
kemasan dibuka.
Prinsip
Kerja PUTS
Prinsip
yang digunakan untuk menyusun PUTS ini adalah dapat mengukur hara N, P, dan K tanah dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Bentuk hara tersedia menggambarkan suatu indeks ketersediaan hara yang te yang
diukur di laboratorium maupun dengan PUTS. Kadar hara dalam
tanah ditentukan dengan cara mengekstrak hara tersedia dari
tanah dan kemudian mengukur kadar hara yang terekstrak tersebut. Oleh
karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam
alat uji tanah pada umumnya terdiri atas larutan pengekstrak dan
pembangkit warna. Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS untuk
nitrogen adalah N-NO3- dan N-NH4+, untuk fosfat bentuk orthophosphate
yaitu PO43-, HPO42-, dan H2PO4- dan untuk kalium adalah K+. PUTS
ini telah diuji dengan menggunakan contoh tanah mineral dari lahan sawah yang
mempunyai sifat dan karakteristik kandungan P dan K serta pH
tanah yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Uji validasi
PUTS telah dilaksanakan pada tanah Inceptisol, Ultisol, Entisol,
dan Vertisol yang tersebar di 146 lokasi lahan sawah di Pulau Jawa.
Namun demikian, untuk lebih memantapkan hasil penetapan atau pengukuran N, P, K
dan Ph serta rekomendasinya pada jenis tanah yang lebih beragam, pada tahun
2005 tetap akan dilakukan pengujian atau validasi PUTS.
Manfaat PUTS
Secara umum PUTS ini dapat digunakan untuk penilaian status
kesuburan tanah sawah secara cepat. Tanah sawah yang mempunyai
kandungan hara N, P, dan K tinggi dinyatakan sebagai tanah-tanah
sawah yang subur sehingga upaya pelestarian produktivitas lahannya sedikit
lebih ringan dibandingkan tanahtanah sawah yang berstatus hara
rendah. Manfaat secara khusus adalah pemberian rekomendasi pupuk N, P, dan K untuk
padi sawah
dapat lebih tepat dan efisien sehingga diperoleh
penghematan pupuk. Jumlah pupuk yang diberikan untuk masingmasing kelas
status hara tanah berbeda sesuai kebutuhan tanaman.
Implikasi penggunaan PUTS
Adanya PUTS yang dapat dioperasikan oleh penyuluh pertanian
atau petani terlatih, dosis pupuk untuk padi sawah lebih tepat
dan efisien dan penerapannya dapat menjangkau wilayah yang
luas. Bagi petani, penggunaan PUTS ini dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk dan menambah keuntungan secara ekonomi. Dari sisi lingkungan,
pemakaian pupuk yang tepat dan efisien dapat menekan pencemaran lingkungan dari
badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat dari pupuk). Penerapan pemupukan
berimbang berdasar uji tanah dengan PUTS dapat menghemat pemakaian pupuk
secara nasional dan devisa negara.
Komponen PUTS
a. Pereaksi
1. Pereaksi P-1 : 250 ml
2. Pereaksi P-2 : 2 g
3. Pereaksi K-1 : 120 ml
4. Pereaksi K-2 : 15 ml
5. Pereaksi K-3 : 15 ml
6. Pereaksi pH-1 : 250 ml
7. Pereaksi pH-2 : 25 ml
8. Air destilata : 250 ml
b. Bagan warna
1. Bagan warna N tanah
2. Bagan warna P tanah
3. Bagan warna K tanah
4. Bagan warna pH tanahrdapat dalam larutantanah
dan dapat dengan mudah diambil/diserap
oleh tanaman. Bentuk hara inilah
c. Peralatan
1. Tabung reaksi volume 10 ml : 6 buah
2. Sendok stainless : 1 buah
3. Pengaduk dari kaca : 1 buah
4. Rak tabung reaksi : 1 buah
5. Kertas tissue pengering : 1 buah
6. Syringe 2 ml : 1 buah
7. Sikat pembersih tabung reaksi :
1 buah
Cara Pengambilan Contoh Tanah
Sebelum contoh tanah diambil, perlu diperhatikan keseragaman
areal/hamparan dan intensitas pengelo-laan lahan yang akan dimintakan
rekomendasinya, isalnya keadaan kemiringan lahan, tekstur dan warna tanah, drainase,
dan kondisi tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapangan daninformasi yang
diperoleh, ditentukan satu hamparan lahan yang kurang lebih seragam
(homogen) seluas 3-5 ha mewakili 1 contoh tanah komposit. Contoh tanah komposit
(campuran 5-8 anak contoh tunggal) diambil dari kedalaman 0 - 20 cm dari permukaan tanah.
Alat yang digunakan
1. Bor tanah (auger) atau bisa dengan cangkul, sekop dan pisau,
2. Ember plastik tempat mengaduk kumpulan contoh tanah tunggal.
Cara pengambilan contoh tanah komposit
1. contoh tanah komposit diambil setelah panen atau menjelang pengolahan
tanah pertama, sekali dalam satu tahun.
2. Tentukan cara pengambilan contoh tanah tunggal dengan salah
satu dari 4 yaitu diagonal,zig zag sistematik dan cara acak
3. Rumput-rumput, batu-batuan atau kerikil, sisa-sisa tanaman atau bahan
organik segar/serasah yang terdapat di permukaan tanah disisihkan.
4. Pada saat pengambilan contoh, sebaiknya tanah dalam kondisi lembab,
tidak terlalu basah atau terlalu kering.
5. Contoh tanah tunggal diambil menggunakan bor tanah, cangkul,
atau sekopdari tanah lapisan olah (0-20 cm).
6. Contoh tanah tunggal yang diambil dengan cangkul atau sekop diusahakansama
banyak (kedalaman dan ketebalannya) antara satu titik dengan
titiklain nya, misalnya sekitar setengah kg dari masing-masing titik .
7. Contoh-contoh tanah tunggal dari masing-masing titik dicampur dan
diaduksampai merata dalam ember plastik, jika ada sisa tanaman,
akar, atau kerikil dibuang.
8. Dari campuran contoh tanah tersebut lalu diambil kurang lebih ½ kg
dandisimpan di plastik bening dan diberi keterangan lokasi, waktu
dan pengambilan
9. Contoh tanah uji siap dianalisa.
Hal yang perlu diperhatikan pengambilan
contoh tanah
1. Jangan mengambil contoh tanah dari pinggir jalan, pematang/ galengan,
selokan, tanah sekitar rumah, bekas pembakaran sampah/sisa tanaman jerami,
tempat penggembalaan ternak yang banyak kotoran ternak, bekas timbunan pupuk dan
kapur.
2. Hasil pengukuran kadar hara dengan perangkat uji tanah ini tidak
dapat digunakan untuk pembuatan Peta Status Hara P dan K
Tanah Sawah, karena dalam pembuatan peta status hara P dan
K memerlukan angka kuantitatif untuk penarikan garis batas
(delineasi) kelas pada peta.
3. Ketepatan hasil analisa tanah ini sangat ditentukan oleh pengambilan
contoh tanah yang tepat dan mewakili.
4. Pada tanah dengan kandungan liat berat, seperti tanah Vertisols di
Ngawi dan Madiun, maka contoh tanah yang digunakan untuk
analisa dengan PUTS dikurangi ¼ nya (dari 0,5 ml dengan syringe
menjadi 0,3 ml).
5. Dalam rangka monitoring produktivitas tanah di wilayah binaan yang
sangat berguna bagi pemilik lahan serta penyuluh pertanian, maka sangat
dianjurkan untuk mencatat hasil pengukuran kadar hara N, P, K, dan pH tanah dari
waktu ke waktu.
Cara Penetapan Status N Tanah Sawah dengan PUTS dan Rekomendasi Pemupukannya
A. Kadar N di dalam tanah
Nitrogen
(N) di dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan
N dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah
pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau
sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain kadarnya rendah, N di dalam tanah
mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2) dan
mudah hilang menguap dan tercuci bersama air drainase. Untuk
meningkatkan efisiensi penggunaannya, pupuk N dalam bentuk urea atau ZA harus
diberikan 2-3 kali untuk satu musim tanam, serta dimonitor tingkat
kecukupannya dengan Bagan Warna Daun (Balitpa-IRRI). Namun bila pupuk N yang
digunakan adalah pupuk yang zat haranya tersedia lambat seperti urea tablet/briket/granul,
maka pemberiannya cukup satu kali untuk satu musim tanam.
Tanaman
yang kekurangan Nakan tumbuh kerdil, daunnya berwarna kuning dan mudah
gugur, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas
sehingga produksi rendah. Kekurangan N dapat diperbaiki dengan
pemupukan N dalam berbagai bentuk seperti Urea, ZA, DAP, pupuk
majemuk NPK, dan pupuk organic seperti kompos, azolla, pupuk hijau, dan kotoran
ternak. Pemberian pupuk N yang tepat jenis, jumlah, waktu, cara dan tempat, dapat meningkatkan
efisiensi biaya dan efisiensi pupuk sehingga tanaman akan
tumbuh secara optimal. Dengan pemberian N yang tepat (tidak
berlebihan) diharapkan pula tidak terjadi pencemaran lingkungan
tanah dan air.
B. Penetapan status N tanah
1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau
0,5 cm tanah yang diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung reaksi,
2. Tambahkan 2 ml Pereaksi N-1, kemudian diaduk rata sampai homogen
dengan pengaduk kaca,
3. Tambahkan 2 ml Pereaksi N-2, dikocok sampai rata,
4. Tambahkan 3 tetes Pereaksi N-3, dikocok sampai rata,
5. Tambahkan 5-10 butir Pereaksi N-4, dikocok sampai rata, Diamkan
+ 10 menit,
6. Bandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan
tanah dengan bagan warna N tanah dan baca status hara N tanah.
C. Rekomendasi Pemupukan N
Rekomendasi pupuk Urea untuk tanaman padi varitas setara IR-64
atau mempunyai potensi hasil 5-7 t GKG/ha pada status N tanah
Rendah, Sedang atau Tinggi untuk tanah berliat atau berpasir dalam
tabel berikut ini :
* Diberikan 2 kali (masing -
masing 1/3 pada 1-2 minggu setelah tanam (MST), dan 2/3bagian 6-7 MST).
** Diberikan 3 kali (masing - masing 1/3 bagian pada 1-2 MST,
3-5 MST, dan 6-7 MST).
*** Untuk optimalisasi pemupukan N, tingkat kecukupan N dimonitor
dengan BWD atau LCC setelah tanaman berumur > 3 MST dalam
periode 7-10 hari sekali sampai fase primordia. Jika yang ditanam adalah padi
hibrida atau VUTB dengan potensi hasil sebesar >7 t GKG per ha maka dosis rekomendasi pupuk
urea harus dikalikan dengan faktor koreksi sebesar 1,2 (dengan
asumsi potensi hasil padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari
VUB). Pada tanah sawah bereaksi alkalin, disarankan untuk menggunakan
pupuk ZA yang dosisnya setara pupuk Urea.
D. Cara pemberian pupuk N
Sumber pupuk N yang banyak digunakan petani adalah Urea.
Cara pemupukan yang umum dilakukan petani adalah menebar pupuk di permukaan
tanah yang macak-macak. Cara demikian kurang efisien karena menyebabkan
kehilangan N melalui penguapan (volatilisasi) ke udara dapat mencapai 60% dari pupuk yang
diberikan. Pupuk Urea/ZA setelah disebar harus dibenamkan dengan
cara diinjak-injak.
Cara Penetapan Hara P Tanah Sawah dengan
PUTS dan
Rekomendasi Pemupukannya
A. Kadar P dalam Tanah
Fosfor (P) dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik yang
berasal dari bahan organik dan mineral yang mengandung P (apatit). Unsur P
dalam tanah ketersediaannya (availability) bagi tanaman rendah karena P terikat oleh liat, bahan organik, serta oksida Fe dan Al pada tanah yang pH-nya
rendah (tanah masam dengan
pH 4-5,5) dan oleh Ca dan Mg pada tanah yang pH-nya tinggi (tanah netral dan alkalin dengan pH
7-8). Tanah mineral yang disawahkan
pada umumnya mempunyai pH netral antara 5,5-6,5 kecuali untuk tanah sawah bukan baru, sehingga ketersediaan P tidak menjadi masalah.
Akibat
pemupukan P dalam jumlah banyak dan kontinyu di tanah sawah intensifikasi selama bertahun-tahun, telah terjadi penimbunan (akumulasi) P di dalam tanah. P
tanah yang terakumulasi
ini dapat digunakan kembali oleh tanaman berikutnya apabila reaksi tanah mencapai kondisi
optimal untuk pelepasan P tersebut. Fosfor berperan penting dalam sintesa
protein, pembentukkan
bunga, buah dan biji serta mempercepat pemasakan. Kekurangan P dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, anakan sedikit,
pemasakan terlambat dan nproduksi
tanaman rendah. Kebutuhan tanaman akan hara P dapat dipenuhi dari berbagai sumber, antara lain:
TSP, SP-36, DAP, P-alam, NPK
yang pada umumnya diberikan sekaligus pada awal tanam. Agar pupuk yang diberikan efisien, pupuk P
harus diberikan dengan jumlah,
jenis, cara, waktu, serta tempat.
B. Penetapan status P tanah
1.
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil dengan
syringe (spet) dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung reaksi.
2.
Tambahkan 3 ml Pereaksi P-1, kemudian diaduk sampai merata dengan pengaduk kaca,
3.
Tambahkan 5-10 butir atau seujung spatula Pereaksi P-2, dikocok 1 menit, Diamkan selama + 10 menit,
Bandingkan warna biru yang
muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna P tanah
C. Rekomendasi Pemupukan P
Rekomendasi
pupuk fosfat (dalam bentuk SP-36) untuk padi sawah varietas setara IR-64 atau yang mempunyai potensi hasil
5-7 t GKG/ha pada
status P tanah Rendah, Sedang, dan Tinggi ditetapkan menurut tabel berikut:
*
diberikan 1 kali pada saat tanam Jika yang ditanam adalah padi hibrida atau Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) dengan potensi
hasil sebesar > 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk SP-36 harus
dikalikan dengan faktor koreksi 1,2 dengan asumsi potensi hasil
padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari Varietas Unggul Biasa /VUB
(Sumber : Balitpa, BP2TP, dan IRRI, 2004).
Cara Penetapan Hara K Tanah Sawah dengan
PUTS dan
Rekomendasi Pemupukannya
A. Kadar K dalam Tanah
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral tanah (feldspar,
mika, vermikulit, biotit, dll), dan bahan organik sisa tanaman.
K dalam tanah mempunyai sifat yang mobile (mudah bergerak) sehingga mudah hilang
melalui proses pencucian atau terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat
tersebut, efisiensi pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan carapemberian
2-3 kali dalam satu musim tanam. Kalium dalam tanaman berfungsi
mengendalikan proses fisiologis dan metabolisme sel, serta meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak
tegak),proses pengangkutan hara, pernafasan, dan fotosintesis
terganggu, yang pada akhirnya mengurangi produksi.
Pada tanaman padi, sebagian hara K dari pupuk dapat digantikan
oleh jerami padi yang dikembalikan sebagai pupuk organik. Kadar K dalam jerami
umumnya sekitar 1% sehingga dalam 5 ton jerami terdapat sekitar
50 kg K setara (K -> K2O -> KCl) dengan pemupukan 50 kg KCl/ha.
Pengembalian jerami dalam bentuk segar maupun dikomposkan di
lahansawah harus digalakkan kembali, karena selain mengandung unsure K, jerami
juga mengandung
unsur hara lain seperti N, P, Ca, Mg dan unsur mikro, hormon
pengatur tumbuh serta asam-asam organik yang sangat berguna
bagi tanaman.
Selain itu penambahan jerami dan bahan organik lain dapat memperbaiki
sifat fisik dan biologi tanah yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan dan mengefisienkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman.
B. Penetapan status K tanah
1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5 cm yang diambildengan
syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabungreaksi, atau jumlah tanah sebanyak
garis 0,5 ml yang tertera pada tabung reaksi,
2. Tambahkan 2 ml Pereaksi K-1, kemudian diaduk hingga merata denganpengaduk
kaca,
3. Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-2, lalu dikocok selama 1 menit,
4. Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-3, lalu dikocok sampai merata, Diamkan
selama + 10 menit, Bandingkan warna kuning yang muncul pada larutan jernih di
permukaann tanah dengan bagan warna K tanah.
C. Rekomendasi Pemupukan K
Rekomendasi pupuk kalium (dalam bentuk KCl) untuk padi sawah
varietas setara IR-64 atau yang mempunyai potensi hasil 5-7 t GKG/ha
pada status K tanah Rendah, Sedang, dan Tinggi ditetapkan menurut tabel
berikut * Diberikan 2 kali (masing-masing 1/2 bagian 1-2 MST, dan ½ bagian
saat tanamanberumur 3-5 mst).
** Takaran jerami 5 t/ha Jika yang ditanam adalah padi
hibrida atau VUTB dengan potensi hasil sebesar > 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk KCl harus
dikalikan dengan faktor koreksi 1,2 dengan asumsi potensi hasil
padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari
Penggunaan Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung unsure hara
utama lebih dari satu jenis unsur hara utama. Jenis unsur hara dapat
berupa unsure hara makro ataupun mikro dengan kadar dan formula
yang bervariasi sesuai ketentuan yang berlaku (SNI 02-28038- 92).
Pupuk majemuk yang beredar saat ini pada umumnya berupa pupuk
majemuk NPK yang proses pembuatannya dilakukan secara kimia
(chemical blending) atau secara fisik (physical blending atau mechanical
blending).
Bervariasinya jenis dan formula pupuk majemuk yang ada menyebabkan
pengguna harus berhati-hati dalam memilih dan memanfaatkan pupuk majemuk.
Penerapan pemupukan berimbang dapat menggunakan pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk,
dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan pupuk
majemuk yang tidak tepat dosis menyebabkan kelebihan atau kekurangan unsur tertentu
(N, P atau K). Oleh karena itu, aplikasi pupuk majemuk tetap memerlukan tambahan
pupuk tunggal, khususnya N. Untuk mempermudah pengguna menyetarakan dosis
pupuk sesuai dengan status hara P dan K tanah, maka berikut ini
disajikan contoh perhitungan dosis anjuran pupuk majemuk NPK
15:15:15 dan NPK 20:10:10 untuk padi sawah varietas setara IR-64
atau Ciherang pada berbagai status hara P dan K tanah sawah serta
anjuran waktu dan cara pemupukan untuk pupuk tunggal dan majemuk.
Pengelolaan Bahan Organik
Jerami merupakan sumber bahan organik utama yang kaya unsur
kalium (K) di lahan sawah. Sumber bahan organik lain adalah pupuk
hijau yang ditanam di pematang/galengan seperti orok-orok, turi,
sesbania yang merupakan tanaman legum, sisa tanaman serta pupuk
kandang (ayam, kambing, sapi). Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus
digalakkan kembali, karena di areal lahan sawah intensifikasi telah
dibuktikan mengandung kadar karbon organik (C-organik) tanah rendah (<2%) yang
berimplikasi pada menurunnya kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan.
Pemberian bahan organik dari jerami, pupuk hijau, Dan sisa tanaman ada dua cara:
(1) bahan organik dipotong-potong terlebih dahulu lalu
dibenamkandan diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah pertama, (2) bahan organic dikomposkan
terlebih dahulu di pematang/galengan atau disebar merata di permukaan lahan sawah
pada waktu bera. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat ditambahkan dekomposer
yang berisi bakteri selulolitik dengan dosis sesuai anjuran.
Bahan organik yang telah dikomposkan ataupun segar berperan
penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah
serta sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara
dalam pupuk organik tergolong rendah, sehingga diperlukan dalam
jumlah cukup banyak. Bahan organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar,
karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi
atau pemecahan bahan organic yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba baik
dalam kondisi aerob maupun anaerob.
Cara Penetapan pH Tanah Sawah dan Rekomendasi Pengelolaannya
A. pH (reaksi) tanah
Reaksi tanah, yang dinyatakan dengan nilai pH, menunjukkan tingkat
kemasaman tanah. Tanah sawah umumnya mempunyai pH tanah netral yaitu sekitar 6-7.
Jika tanah mineral disawahkan (digenangi), maka pH tanah akan mengarah ke netral,
atau dengan
kata lain tanah awal yang masam pH-nya akan meningkat, sebaliknya
tanah awal yang alkalin, pH-nya akan turun menuju pH netral. Perubahan
pH tanah menuju netral mempunyai manfaat terhadap tingkat ketersedian
hara tanah. Pada tanah sawah ber-pH netral ketersediaan hara dalam
kondisi optimal dan unsur tertentu yang dapat meracuni tanaman mengendap.
Pada tanah masam (pH < 4,5), ketersediaan beberapa hara lebih
rendah dari pada tanah netral, serta kemungkinan besar muncul
keracunan besi (Fe++) akibat kondisi tanah menjadi reduktif. Ciri
tanah yang banyak mengandung besi umumnya pada permukaan air genangan tertutup
lapisan seperti karat/minyak, berbau menyengat, dan pada daun padi terdapat bintik
karat. Pada kondisi terjadi keracunan Fe, disarankan untuk menerapkan system
drainase berselang (intermittent drainage) dengan tujuan
untuk membuang larutan tanah yang mengandung (Fe) tinggi dan memberi
peluang kondisi tanah bersifat oksidatif. Cara lain adalah dengan
menambahkan bahan amelioran ke dalam tanah, seperti kapur.
Kapur dapat meningkatkan pH tanah sehingga aktivitas Fe++ menurun.
Selanjutnya pada tanah basa atau alkalin, ketersediaan haranya
juga rendah dan terdapat kemungkinan kelebihan Na sehingga dapat meracuni
tanaman. Salah satu cara untuk mengurangi keracunan Na adalah melakukan pencucian
tanah dengan
air ber-pH netral. Ciri tanah yang kelebihan Na adalah permukaan
tanah pada saat kering akan ditutupi lapisan kristal putih (garam),
tanaman tumbuh tidak normal, akar tanaman berwarna kehitaman
sehingga produksi gabah sangat rendah.
B. Penetapan pH Tanah
1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5 cm yang
diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah
tanah. sebanyak garis 0,5 ml yang tertera pada tabung reaksi,
2. Tambahkan 4 ml Pereaksi pH-1, kemudian diaduk sampai merata
dengan pengaduk kaca, Tambahkan 1-2 tetes indikator warna Pereaksi pH-2,
3. Diamkan larutan selama ±10 menit hingga suspense mengendap
dan terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas,
4. Bandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan
tanah dengan bagan warna pH tanah,
5. Jika warna yang timbul meragukan, tanah dikocok ulang secara
perlahan sampai cairan jernih teraduk merata, lalu diamkan
sampai mengendap kembali. Selanjutnya bandingkan lagi dengan bagan
warna pH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar